KRISIS listrik di sebagian wilayah Sumatra, terutama Sumatra Barat (Sumbar) dan Riau, terus berlanjut. Hingga kini pasokan listrik ke wilayah itu defisit hingga 170 megawatt (MW). Sedangkan total kemampuan sumber daya listrik ke Sumbar dan Riau sekitar 100 Mw. Padahal kebutuhannya mencapai 270 MW. Selama ini kebutuhan listrik di Sumbar disuplai oleh Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang sebesar 20 MW dari total kapasitas 314 MW. Adapun di Riau berasal dari PLTG Teluk Lembu sebesar 32 MW dan PLTG Riau Power sebesar 18 MW.
Anjloknya produksi listrik di kedua wilayah itu disebabkan kekeringan yang membuat PLTA tidak dapat beroperasi maksimal. Untuk mengatasi hal itu, PLN menyiapkan tiga Langkah untuk meminimalkan defisit listrik. "Kami menargetkan dapat menekan defisit dari 170 MW menjadi 60 MW," ujar Direktur Pembangkitan Jawa, Bali, dan Madura PLN Murtaqi Syamsudin, di Jakarta, kemarin. Langkahh pertama, PLN bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan pemerintah daerah (pemda) setempat membuat hujan buatan. Ini telah dilakukan dan sedang berjalan. "Kami harapkan dari hujan buatan ini paling tidak dapat menambah pasokan sekitar 30 MW. Memang tidak banyak," kata Murtaqi yang kini juga menjadi pelaksana tugas harian Direktur Luar Jawa Madura dan Bali PLN.
Langkah kedua, PLN akan mengupayakan agar PLTGU Teluk Lembu Riau yang selama ini belum beroperasi bisa segera aktif untuk menambah pasokan di sistem Sumatra 20 MW. PLTGU itu belum beroperasi karena terkendala pasokan gas. Untuk itu, PLN tengah melakukan negosiasi dengan Kalila Energi guna mendapatkan pasokan gas hingga 25 mmscfd. "Jadi satu turbin gas bisa dioperasikan," tuturnya. Langkah ketiga, PLN sedang berupaya mendapatkan transfer pasokan dari PLTU Labuan Angin 1 dan 2 di Sumatra Utara sebesar 60 MW dari kapasitas 200 MW yang dijadwalkan beroperasi pertengahan Agustus.
Sumber: Media Indonesia, 27 juli 2009
Berita Lainnya seputar pembangkitan di sumatera
Pembangkit Listrik Baru Dibangun di Sumatera Selatan
Konsorsium perusahaan negara dan swasta akan membangun dua Pembangkit Listrik Tenaga Uap Banjarsari (2x100 megawatt) di Lahat dan Bangko Tengah (4x600 megawatt) di Muara enim. Kedua pembangkit tersebut untuk menambah pasokan listrik di Sumatera.
Direktur Utama PT Bukit Asam Sukrisno mengatakan, Pembangkit Mulut Tambang Banjarsari dibangun konsorsium PT Bukit Pembangkit Innovative dengan Bukit Asam (41 persne), PT Navigat Innovative Indonesia (39 persen) dan Pembangkit Jawa-Bali (20 persen). Total investasi yang dibutuhkan sekitar US$ 239 juta . "Pengoperasian pembangkit butuh batu bara 1,15 juta ton per tahun," ujarnya pada saat menerima kunjungan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Senin (28/7).
Sedangkan Pembangkit Bangko dibangun konsorsium PT Bukit Asam, China Huandai Corp, PLN, PT Truba Manunggal Enginering Pekiraan. Total biaya diperkirakan sekitar US$ 3,70 miliar. Pengoperasian pembangkit membutuhkan batu bara 10-12 juta ton per tahun.
Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta, hambatan dalam pembangunan kedua pembangkit tersebut segera dituntaskan. Menurut dia, pembangunan sarana transportasi batu bara sepanjang 307 kilometer segera direalisasikan.
Sumber: Tempo, 29 juli 2009